Sabtu, 16 Januari 2010

Lontaran Ruhut Masih Berbuntut ( sesuai lawan rambutnya di belakang )........ :)

Dampak kata-kata yang terlontar dari mulut Ruhut Sitompul, nampaknya masih berbuntut. Ungkapan maaf dan himbauan dari berbagai pihak masih belum mampu meredam gejolak bernuansa sara ini. Akankah kian menegang?

Para analis sosial melihat, isu rasial, agama dan etnis sangat sensitif di era globalisme. Bahkan globalisme telah mendorong pelbagai masyarakat dan komunitas kembali ke pangkuan primordial guna bertahan dari kekerasan struktural dan gempuran global yang brutal.

"Isu SARA masih riskan dan sensitif di Indonesia. Kasus Ambon, Poso, Sampit, Aceh, kerusuhan Mei 1998 dan seterusnya, menjadi indikasi masih kuatnya masalah SARA," kata Nanang Tahqiq MA, dosen UIN Jakarta lulusan McGill University, Kanada.

Tak mengherankan jika dalam kasus Ruhut, sejauh ini reaksi terus bermunculan. Padahal Ketua Tim Pemenangan SBY-Boediono, Hatta Rajasa sudah menegasksan bahwa pernyataan Ketua DPP Partai Demokrat Ruhut Sitompul tentang etnis Arab tidak bermaksud menyakiti etnis minoritas tersebut.

"Ruhut tidak memiliki niat menyakiti saudara-saudara kita dari etnis Arab. Sebagai manusia, pernyataan tersebut tidak sengaja terlontar," ujar Hatta. Namun pendapat Hatta itu tetap tak bisa membendung reaksi keras dari berbagai komunitas Arab dan Muslim.

Forum Keturunan Arab Indonesia (Fokari), misalnya, sudah menegaskan, permintaan maaf yang disampaikan Ruhut Sitompul tentang pernyataannya yang telah menyinggung etnis Arab dinilai tidak cukup.

Kepolisian diminta mengusut tuntas kasus tersebut meskipun tanpa adanya pelaporan. "Sebagai umat Islam kami memaafkan. Tapi proses hukum harus tetap berjalan," kata Geisz Chalifah juru bicara Forum Keturunan Arab Indonesia itu.

Fokari mendesak Kepolisian untuk menangkap Ruhut Sitompul karena telah mengeluarkan statemen di Gedung DPD yang bersifat rasis dan diskriminatif. Pernyataan Ruhut itu telah melanggar pasal 156 KUHP tentang menyebarkan kebencian pada etnis tertentu. "Seharusnya polisi bertindak tanpa ada yang melapor," kata Geisz.

Pernyataan Ruhut tersebut dinilai telah menghilangkan peran historis dan kultural keturunan Arab yang telah menjadi warga negara Indonesia. Para aktivis Fokari menuntut pernyataan maaf resmi Ruhut yang dimuat di 10 surat kabar dan televisi nasional.

Fokari juga meminta agar semua tim sukses Capres dan Cawapres tidak menggunakan isu SARA untuk kepentingan politik sesaat. Sebab di kemudian hari bisa saja terjadi pada etnis lainnya.

Sementara Front Pembela Islam (FPI) siap melakukan tindakan tegas jika Kepolisian tidak menanggapi permintaan Forum Keturunan Arab Indonesia (Fokari) untuk menangkap Ruhut Sitompul atas pernyataannya yang telah menyinggung etnis Arab.

"Jika dalam satu minggu Ruhut tidak ditangkap, FPI akan melakukan tindakan tegas dengan cara yang biasa kita lakukan," tandas Habib Hasan Al-Jufri, Ketua Dewan Kehormatan FPI.

Pelbagai kalangan menilai, pernyataan Ruhut yang mengatakan Arab tidak pernah membantu Indonesia bukan hanya telah melukai etnis Arab, tetapi juga umat muslim. "Kalau bicara nasionalis kami lebih nasionalis," ujar Habib Hasan.

Kalangan warga Arab ini melihat persoalan Ruhut bukan urusan politik menjelang pilpres tetapi lebih kepada masalah hukum. Jika demikian, isu etnis Arab dari mulut Ruhut masih menjadi kecemasan semua pihak kaerna bisa terus menegang. Boleh jadi, ini merupakan isyarat bagi kubu Demokrat untuk lebih hati-hati dan cermat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan isi komentar yang membangun

Slide Foto-foto Kegiatan KPM-KSM

Foto Pelantikan dan RAKER VIII KPM-KSM

Foto Pelantikan dan RAKER VIII KPM-KSM

FOTO - FOTO PHO & MPO KPM-KSM

FOTO - FOTO PHO & MPO KPM-KSM

Asrama Bamega Koe Yang Doloe..

Asrama Bamega Koe Yang Doloe..