Kamis, 13 Agustus 2009

AFILIASI AKSI TEROR DI INDONESIA??

NOORDIN PUNYA BOS

Selama ini Noordin M Top disebut-sebut sebagai gembong teroris di Indonesia. Namun ada fakta yang member bukti, Noordin dan Dr. Azhari hanyalah pelaku lapangan yang dibayar. Ada bos di belakang mereka, SIAPA?
Pengamat intelijen Wawan Purwanto membuat kesaksian yang mengejutkan dalam bukunya yang berjudul Teroris Undercover. Dalam buku setebal 404 halaman yang dilaunching 8 Agustus 2009 itu, Wawan membeberkan Noordin M Top dan Dr. Azhari hanya orang suruhan.
“Seminggu setelah peristiwa Bom di Kedubes Australia, 9 September 2004, Noordin M Top dan Dr. Azhari terlihat memasuki sebuah kedubes di Jakarta. Keduanya lantas diberi uang ribuan Dollar AS dari pihak kedubes tersebut, “tulis Wawan dalam bukunya seperti dilansir detikcom.
Informasi tersebut didapatkan Wawan dari salah satu pendamping Noordin dan Azhari yang saat itu ikut ke Kedubes tersebut. Namun, saat dikonfirmasi kedubes mana yang dimasuki Noordin dan Azhari, Wawan tak mau membocorkannya. Hanya saja Wawan menegaskan, hal tersebut membuktikan adanya keterlibatan asing dalam terorisme di Indonesia. Menurut Wawan kelompok teroris di Indonesia telah berafiliasi dengan beberapa kelompok teroris yang ada dibeberapa Negara, terutama di wilayah Timur Tengah.
“Teror yang terjadi di Indonesia merupakan bagian dari teror global. Mereka bisa terus beraksi karena ada pasokan tehnologi maupun dana dari luar negeri,” tegas Pendiri Lembaga pengembangan Kemandirian Nasional (LKPN) tersebut.
Tindakan Azhari dan Noordin memperoleh uang juag membuktikan aksi yang dilakukan kedua gembong teroris sebenarnya ada pemesannya alias ada user-nya. Siapa dia? Sampai saat ini hal itu masih menjadi misteri.
Dr. Azhari telah tewas saat disergap petugas di Batu Malang, Jawa Timur, 9 November 2005. Sementara Noordin yang sempat di duga tewas di Temanggung, Jawa Tengah masih buron. Wawan mengingatkan meskipun Polisi berhasil menggulung kelompok teroris yang membom Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, terror bom belum akan berakhi. Teror itupun tidak akan pernah berakhir jika pemerintah tidak berhasil mengungkap siapa user para teroris. Jejak terorisme sulit dilepaskan dari keberadaaan kelompok ideologis di Indonesia. Kelompok ideologis seperti Darul Islam (DI) telah ada sejak kemerdekaan RI diproklamirkan. Gerakan ideologis ini dapat dipatahkan saat pemerintahan Soekarno dan Soeharto.
Ketika reformasi terjadi di Indonesia, banyak dari kelompok radikal asal Indonesia yang pulang ke tanah air. Para mantan pejuang mujahidin ini kemudian berkumpul kembali dan membentuk sebuah organisasi yang mereka beri nama Jamaah Islamiyah (JI).
Tokoh-tokoh penting organisasi tersebut antara lain, Hambali, Umar Al-Faruq, Azahari, Noordin M Top, Ali Imron, Imam Samudra dan Muchlas. Berbekal pengetahuan dan pengalaman yang di dapat di Afganistan dan Minadanao, mereka kemudian berusaha memaksakan ideology mereka di Indonesia. Masing-masing anggota yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia maupun Malaysia membentuk jaringan baru.
Pola-pola gerakan mereka pasca pulang dari Afganistan dan Mindanao sudah berubah. Mereka tidak bergerak secara terang-terangan, misalnya dengan melakukan pertempuran secara terbuka dengan aparat. “Gerakan mereka sejak tahun 2000 beralih keaksi bawah tanah dan teror bom, pola seperti mereka dapat saat mereka berada di Timur Tengah,”ujar Wawan. Ditambahkan Wawan, aksi-aksi terror itu selain untuk menunjukkan eksistensi mereka, juga untuk menggalang para pengikut dari kalangan umat Isalam yang berpikiran radikal dan kalangan awam. Itu sebabnya mereka menjadikan orang di luar Islam maupun kepentingan-kepentingan barat sebagai sasaran.
(Dikutip dari Koran TRIBUN TIMUR edisi Kamis 13 Agustus 2009, Hal. 4)
»»  READMORE...

Rabu, 12 Agustus 2009

Realitas Mahasiswa Saat Ini

Bukti empirik dan riil di lapangan menyebutkan pada hari ini jumlah mahasiswa yang cendrung bersikap apatis dan hedonis yang selalu mengikuti perkembangan zaman dengan segenap perubahan global, lebih banyak daripada mahasiswa yang mau berdiskusi dan senantiasa menyuarakan hak ? hak dasar rakyat. Memang dilematika gerak dan langkah mahasiswa tersebut tak dapat kita salahkan sepenuhnya kepada mahasiswa itu sendiri, tetapi banyak element penting yang terkait mengapa hal ini bisa terjadi dan mengalami degradasi.Kecendrungan seperti itu tidak dapat kita elakkan, karena tuntutan zaman dengan segenap modernitasnya yang menyebabkan mahasiswa dan kaum terpelajar lainnya bertindak halnya orang yang berglamor ria dan cenderung bersikap hedon. Untuk itu perlu di lakukan sebuah usaha dari mahasiswa itu sendiri, untuk merubah pola dan tingkah laku diri mereka sendiri dan cobalah melihat realitas bangsa ini yang acap kali mengalami degradasi nilai di segala bidang. Jangan kita larut akan kehidupan globalisasi yang takkan ada hentinya, tetapi perlu sebuah upaya kontemplasi dan memahami kembali peran awal kaum terpelajar dalam dinamika kehidupan bangsa Indonesia.
(menarik u/ dbhas dari /filzahazny.wordpress.com)
»»  READMORE...

Slide Foto-foto Kegiatan KPM-KSM

Foto Pelantikan dan RAKER VIII KPM-KSM

Foto Pelantikan dan RAKER VIII KPM-KSM

FOTO - FOTO PHO & MPO KPM-KSM

FOTO - FOTO PHO & MPO KPM-KSM

Asrama Bamega Koe Yang Doloe..

Asrama Bamega Koe Yang Doloe..